Mengkudu, si Buah Kehidupan
Mengkudu, mempunyai nama lain Bakudu, Bangkudu (Batak), Bengkudu (Melayu), Bingkudu (Minangkabau), Keumeude (Aceh), Pace, Kemudu, Kudu (Jawa), Cangkudu (Sunda), Kodhuk (Madura), Tibah, Wangkudu (Bali), Labanau (Dayak), Mekudu (Lampung), Noni (Hawaii), Indian Mulberry (Inggris).
Meski buahnya memiliki aroma dan rasa tidak sedap, pohon mengudu banyak ditanam di pekarangan-pekarangan rumah. Masyarakat percaya buah ini berkhasiat baik untuk kesehatan dan pengobatan, karena sudah dibuktikan secara turun temurun.
Mengkudu memiliki nama ilmiah Morinda citrifolia dan tergolong dalam keluarga Rubiaceae. Pohon mengkudu tingginya mencapai 3 - 8 meter. Buahnya dilindungi kulit yang bertekstur seperti berbintik-bintik. Buah mengkudu muda berwarna hijau, menjelang masak menjadi putih kekuningan. Setelah matang, warnanya menjadi putih transparan dan lunak. Daging buah mengkudu banyak mengandung air dan beraroma seperti keju busuk.
Mengkudu dipercaya berasal dari Asia Tenggara kemudian menyebar hampir ke seluruh wilayah tropis dan dikonsumsi di seluruh kepulauan Pasifik, Australia, juga di India. Dokumentasi tertulis menunjukkan buah mengkudu sudah dikonsumsi sebelum abad keduabelas, terutama oleh bangsa-bangsa Polinesia yang mendiami pulau-pulau di Samudera Pasifik dari Hawaii sampai ke Pulau Paskah dan Selandia Baru. Sejak dibawa masuk orang-orang Asia Tenggara berabad-abad lalu, mengkudu menjadi sumber pangan dan obat tradisional yang penting bagi bangsa Polinesia, sehingga dijuluki ‘Buah Kehidupan’.
Masyarakat di berbagai tempat sudah lama memanfaatkan mengkudu sebagai obat tradisional untuk mengatasi berbagai penyakit. Karena itu, pemanfaatannya di berbagai tempat sangatlah beragam. Di Kepulauan Karibia, pohon mengkudu disebut sebagai pohon pereda nyeri. Di Filipina mengkudu dipercaya bisa membersihkan usus dan menghindarkan infeksi pada saluran cerna. Sebagian masyarakat Malaysia menggunakan mengkudu untuk mengatasi gangguan saluran kemih, diabetes, batuk dan pendarahan. Di Indonesia, masyarakat Aceh menggunakan buah mengkudu untuk dibuat sayur dan rujak. Karena itu, mengkudu sering ditanam di dekat rumah di pedesaan di Aceh. Selain itu mengkudu juga sering digunakan sebagai bahan obat-obatan, dan untuk menjaga stamina.
Seluruh bagian tanaman mengkudu seperti batang, buah, dan daunnya memiliki khasiat tersendiri. Daging buah mengkudu mengandung protein, flavonoid, polisakarida, skopoletin, asam askorbat, beta karoten, l-arginin, prokseronin, prokseroninase dan xeronine. Berbagai macam zat tersebut sangat dibutuhkan tubuh misalnya flavonoid dan asam askorbat (Vitamin C) yang mengandung antioksidan dan membantu mencegah kanker.
Prof. Dr. Sumali Wiyowidagdo, Guru Besar Fakultas Farmasi Universitas Indonesia yang meneliti mengkudu mengatakan bahwa dari sekian banyak zat yang terkandung di dalam mengkudu, yang paling unik adalah xeronine dan prokseronine. Menurutnya, xeronine di dalam buah mengkudu ini jumlahnya cukup sedikit. Akan tetapi jika orang makan mengkudu, di ususnya akan ditemukan xeronine dalam jumlah banyak. Xeronine ini, menurut Prof Sumali seperti dikutip Herbalplus, memiliki banyak khasiat. Antara lain menurunkan tekanan darah dan sebagai antidabetes.
Banyaknya klaim dan bukti secara empiris bahwa mengkudu mampu mengatasi penyakit tentunya membuat banyak peneliti ingin membuktikannya secara ilmiah. Berikut ini beberapa penelitian ilmiah terhadap buah mengkudu.
Menurunkan Kadar Gula Darah dan Tekanan Darah, Mengkudu memiliki efek antihipertensi dan antidiabetes, yang telah terbukti. Prof. Dr. Sumali Wiryowidagdo (2004) melakukan penelitian khasiat kapsul ekstrak mengkudu bersama tim peneliti Pusat Studi Obat Bahan Alam (PS-OBA) Departemen Farmasi Universitas Indonesia. Penelitian praklinik tersebut membuktikan bahwa mengkudu mampu menurunkan tekanan darah tinggi, dan menstabilkan gula darah. Selain itu ekstrak mengkudu juga aman digunakan sebagai obat diabetes tipe II karena sudah melalui uji toksisitas.
Pereda Nyeri, Secara turun temurun, mengkudu sudah dibuktikan mampu meredakan rasa nyeri, termasuk nyeri haid dan rasa sakit karena berbagai penyebab lainnya. Di Kepulauan Karibia, pohon mengkudu dijuluki sebagai pohon pereda nyeri karena khasiat tersebut. Berbagai studi yang dilakukan membuktikan efek analgesik (meredakan nyeri) dan sedatif (menenangkan). Salah satunya, peneliti Prancis Chafique Younos dan kawan-kawan, yang dipublikasikan pada jurnal Planta Medica (1990). Mereka menggunakan ekstrak mengkudu yang sebelumnya telah melalui uji toksisitas dan terbukti aman.
Efek Antibakteri, Berbagai penelitian membuktikan bahwa mengkudu memiliki potensi antibakteri. Ada beberapa kandungan di dalam mengkudu yang memiliki efek antibakteri yang bisa menghambat pertumbuhan bakteri. Efek antibakteri yang kuat membuat mengkudu diteliti untuk digunakan melawan penyakit bakterial yang bandel seperti tuberkulosis (TB).
Peningkat Sistem Kekebalan Tubuh, Mengkudu juga sudah lama digunakan sebagai obat tradisional untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Peneliti Fakultas Farmasi UGM, Prof. Dr. EdiatiSasmito, S.E. Apt bersama timnya tengah mengembangkan mengkudu sebagai bahan obat peningkatan sistem kekebalan tubuh.
Kandungan polisakarida di dalam mengkudu bisa dimanfaatkan sebagai immunostimulator untuk membantu menormalkan sistem imun agar tidak terlalu rendah dan tidak terlalu tinggi. Karena sistem imun yang terlalu tinggi akan memicu alergi, sedangkan kadar imun rendah akan rentan terhadap infeksi.
Sumber : Disadur The Best Herbs of Natural Healing